PONOROGO – Gelaran Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) 2025 sukses mencetak sejarah baru dengan memecahkan rekor jumlah peserta. Antusiasme komunitas Reog dari seluruh Indonesia melonjak drastis, menjadikan event yang merupakan puncak dari perayaan Grebeg Suro ini sebagai yang termegah sepanjang penyelenggaraannya.
Kesuksesan ini tidak lepas dari status baru Reog Ponorogo yang telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh UNESCO.
Antusiasme Membludak, FNRP 2025 Diikuti Puluhan Grup
Menurut data dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, total ada 66 grup yang berpartisipasi dalam festival tahun ini. Angka tersebut mencakup peserta Festival Reog Remaja (FRR) dan festival utama yang diikuti oleh seniman dari Palembang hingga Papua.
Jumlah ini menunjukkan peningkatan signifikan dan membuktikan bahwa Festival Reog Ponorogo tetap menjadi kiblat utama bagi para seniman dan pecinta budaya Reog di seluruh nusantara.
Dampak Positif Pengakuan UNESCO untuk Reog Ponorogo
Diakuinya Reog Ponorogo sebagai warisan dunia oleh UNESCO menjadi magnet utama yang menarik minat peserta. Pengakuan ini tidak hanya memberikan kebanggaan, tetapi juga menjadi pendorong semangat bagi para seniman untuk terus berkarya dan menampilkan yang terbaik di “rumah” Reog, yaitu Ponorogo.
Bupati Ponorogo menyatakan bahwa event ini menjadi etalase utama untuk menunjukkan kepada dunia betapa kaya dan hidupnya budaya Reog.
Panggung Spektakuler untuk Pelestarian Budaya
Pemerintah Kabupaten Ponorogo memastikan penyelenggaraan FNRP 2025 berjalan maksimal. Dengan dukungan panggung, tata cahaya, dan sistem suara yang spektakuler, setiap penampilan grup Reog dapat dinikmati secara utuh dan megah oleh ribuan penonton yang memadati Alun-alun Ponorogo.
Festival ini menjadi agenda penting untuk:
- Mendorong regenerasi seniman Reog.
- Menjaga kualitas dan pakem asli pertunjukan Reog.
- Memperkuat ekosistem ekonomi kreatif di Ponorogo.
Secara keseluruhan, Festival Reog Ponorogo 2025 berhasil menegaskan statusnya sebagai event budaya kelas dunia yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga terus berinovasi.
