Ponorogo — Serangan hama wereng melanda lahan pertanian di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Setidaknya 89,79 hektare tanaman padi dilaporkan terserang, dengan 2,6 hektare di antaranya mengalami puso atau gagal panen total. Fenomena ini memicu kekhawatiran petani terhadap potensi kerugian besar menjelang masa panen.
Serangan terjadi sejak awal Juli 2025 dan menyebar cepat ke 13 dari total 21 kecamatan, termasuk Kecamatan Ponorogo, Jetis, Babadan, Jenangan, Kauman, Siman, dan Sukorejo. Menurut para petani, wereng menyerang saat tanaman padi memasuki usia 50 hingga 60 hari, yakni fase pembentukan bulir. Hama ini merusak tanaman secara tiba-tiba, menyebabkan daun menguning dan batang menghitam.
Petani Merugi dan Kehilangan Harapan Panen
Salah satu petani di Kelurahan Bangunsari, Ahmad Subeki, mengungkapkan kesulitan dalam mengatasi serangan ini. Ia menyebut hama wereng muncul mendadak dan berkembang biak dengan cepat. Meskipun telah dilakukan penyemprotan, hasilnya belum efektif karena serangan terlalu meluas.
“Saya sudah semprot pakai pestisida, tapi enggak ngaruh. Ini sudah parah. Daunnya kering, batangnya patah,” ujarnya, Kamis (11/7/2025).
Hal senada diungkapkan Junaidi, petani di Desa Winong, Kecamatan Jetis. Ia menyebut biaya pengendalian hama bisa lebih tinggi dari hasil panen itu sendiri. Akibatnya, sebagian petani memilih membiarkan lahannya rusak ketimbang merugi lebih besar.
Cuaca Anomali Jadi Pemicu
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ponorogo, Suwarni, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem menjadi salah satu faktor utama penyebaran wereng. Terjadi hujan di akhir Juni, padahal seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Kondisi ini menciptakan iklim lembap yang mendukung populasi wereng berkembang pesat.
Selain faktor cuaca, pola tanam yang tidak serempak serta penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran juga ikut memperburuk keadaan. Suwarni menambahkan bahwa sebagian petani menggunakan pestisida berlebihan, yang justru membunuh musuh alami wereng.
“Kalau penyemprotannya tidak tepat dan tidak serentak, maka hasilnya kurang maksimal. Bahkan bisa memperparah serangan,” jelasnya.
Langkah Dinas Pertanian: Pestisida dan Edukasi
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo telah mendistribusikan 300 hingga 340 liter pestisida ke petani di berbagai kecamatan terdampak. Penyemprotan juga terus dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani.
Pemerintah mengimbau petani untuk segera melaporkan serangan hama sejak gejala awal, agar penanganan dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Selain itu, petani diminta menyemprot hingga ke pangkal batang, tempat hama wereng biasa bersembunyi.
“Petani jangan hanya menyemprot permukaan daun, karena wereng sering berada di batang bawah. Jadi perlu lebih teliti,” tambah Suwarni.
Ancaman Gagal Panen dan Ketahanan Pangan Daerah
Meskipun serangan cukup luas, pihak dinas menyatakan bahwa stok pangan daerah masih aman, karena total luas tanam padi di Ponorogo pada musim ini mencapai sekitar 30.000 hektare. Namun, jika tidak segera dikendalikan, serangan wereng bisa menyebar ke lebih banyak lahan dan berdampak signifikan terhadap produksi gabah lokal.